_

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 02 Desember 2012

Cara menghitung berat badan Sapi


Tips Cepat Menghitung Berat Ternak
OPINI | 21 March 2011 | 00:17 Dibaca: 4858   Komentar: 2   1 inspiratif
13006425742145760789
sapi limousin mirip tong, bukan/
Pada ternak besar untuk menghitung bobot kerbau atau sapi tentu sulit bukan? Kalau unggas cukup diikat kakinya lalu ditimbang beres, bukan?
Kalau di perusahaan besar, bobot sapi dan kerbau biasa ditimbang dengan timbangan ternak.  Timbangan ternak cukup berat dan harganya pun mahal.  Di pasar hewan, timbangan ternak ini tak dijumpai.  Jual beli sapi, kerbau dan domba lebih banyak dengan cara “beuli bogoh” sehingga berat ternak acapkali diabaikan.
Namun ternyata cukup dengan seutas tali, bobot ternak, berikut karkas (potongan daging tulang) dan bahkan dagingnya bisa ditentukan.
Bila dicermati, penampang tubuh kerbau, sapi dan domba menyerupai bentuk geometris berupa tabung. Untuk mencari volume tabung harus diketahui luas alas dan tinggi. Dalam hal ini, lingkar dada hewan dapat diasumsikan sebagai luas alas bangun lingkaran dan panjang badan sebagai tinggi.
Lingkar dada diperoleh dengan melingkarkan seutas tali di belakang gumba melalui belakang belikat. Sementara panjang badan diukur dari bahu hingga penonjolan tulang duduk. Dengan memperhatikan volume organ kepala, kaki, ekor, dan massa jenis daging atau jeroan bakal diperoleh pendekatan untuk memperoleh berat hewan sebenarnya.
Melalui berbagai percobaan, para ahli akhirnya menemukan rumus untuk menghitung bobot ternak.  Sebut saja, Schoorl menemukan rumus untuk mengetahui berat badan dengan cukup mengetahui satu komponen, yakni lingkar dada. Rumus itu dinamai namanya sendiri rumus Schoorl yaitu Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) + 22} dikuadratkan dibagi 100.
Sementara Scheiffer mengadopsi rumus tabung dengan menampilkan formula, yakni Bobot Badan (lubels) = {lingkar dada (inchi) kuadrat x panjang badan} (inchi) dibagi 300. Rumus ini disesuaikan oleh Lambourne dengan mengonversi ke dalam satuan yang cocok dengan kehidupan masyarakat kita, yakni Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) kuadrat x panjang badan (cm)} dibagi 10840.
Sejumlah peneliti mencoba membuktikan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan terhadap beberapa kelompok sapi antara bobot taksir dan bobot timbangan. Hasilnya rumus Scheiffer dan Lambourne lebih mendekati berat real sapi sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan rumus Schoorl tingkat kesalahannya mencapai 22,3 persen.
Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup adalah wajar, karena bobot hewan sangat dipengaruhi situasi dan kondisi lingkungan, yakni gelisah (stress), habis makan, banyak minum atau baru buang feses. Hewan yang ditimbang sekalipun, akibat buruk perlakuan dan pengangkutan dapat menyebabkan susut tubuh 5-10%.
Dengan memperoleh angka taksiran bobot hidup, maka persentase karkas dan daging dapat segera diketahui. Karkas sapi berkisar 47-57 persen dari bobot hidupnya dan daging 75 persen dari karkas. Karkas adalah potongan daging tulang tanpa kepala, kaki, kulit dan jeroan. Untuk domba persentase karkasnya sekitar 45 persen dan dagingnya 75 persen dari karkas.
Kalkulasi ini sangat penting, bagi hewan kurban   dapat memperkirakan jumlah daging dibandingkan jumlah mustahik (penerima daging kurban).  Atau bagi pedagang  juga dapat dijadikan perbandingan harga apakah hewan yang dibeli terlalu mahal atau tidak dibanding harga pasaran.  Hee…
Oh, ya ….Satu lagi penting kemampuan menaksir amat penting yaitu umur ternak.  Umur ini amat penting untuk mendapatkan daging yang renyah dan marbling baik.  Atau penting juga sebagai syarat sah untuk ritual akekah dan  kurban.   Jangan kita sampai terkecoh, membeli sapi tua pasti dagingnya bakal alot dan liat.
Umur ternak dapat diketahui berdasarkan susunan gigi geliginya. Mintalah si penjual memperlihatkan susunan gigi seri (berada di rahang bawah). Bila gigi seri dewasa telah tumbuh (tampak besar dan kuat seperti kapak, gigi susu kecil-kecil seperti sisir jagung muda), maka hewan dipandang dewasa/cukup umur (musinnah). Pada domba dan kambing perubahan ini terjadi pada umur 1-1,5 tahun dan sapi 2-2,5 tahun.  Hewan tua ditandai pergesekan gigi dan keausan gigi dewasa akibat pemakaian yang terlampau lama.***

Sabtu, 24 November 2012

Kegiatan Management Pelatihan


Kegiatan manajeman pelatihan

Pembangunan pertanian ke depan diarahkan untuk memberikan peran dan partisipasi aktif masyarakat secara proporsional. Penyuluhan kehutanan memiliki peran strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat, karena penyuluhan kehutanan bukan saja berperan dalam prakondisi masyarakat agar tahu, mau dan mampu berperanserta dalam pembangunan pertanian, tetapi juga menumbuhkan kemandirian masyarakat yang berbasis kepada pembangunan pertanian.  

Pelatihan masyarakat merupakan salah satu kegiatan penyuluh-an dalam rangka memberdayakan masyarakat khususnya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat sasaran penyuluhan pertanian.  

Keberadaan masyarakat yang memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam bidang yang relevan dengan pembangunan kehutanan, diharapkan akan dapat mendukung dan berperanserta dalam pembangunan pertanian. Oleh karena itu pelatihan masyarakat perlu dilaksanakan dan dikembangkan dengan memperhatikan faktor efisiensi, efektivitas dan relevansi.  

Berbeda dengan  pendidikan umum yang diselenggarakan di sekolah-sekolah, pelatihan masyarakat berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan untuk memecahkan masalah yang dihadapi di masyarakat. Pada dasarnya,  pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pelatihan dapat  diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan pelatihan pada prinsipnya harus digali dari masyarakat itu sendiri, terkecuali pelatihan masyarakat dalam rangka menumbuhkan penyuluh-penyuluh swadaya masyarakat yang diperlukan untuk mewujudkan penyuluhan dari, untuk dan oleh masyarakat kelak.  
Macam–macam pelatihan
Berdasarkan hasil diskusi atau penggalian informasi melalui pelaksanaan PRA atau wawancara dapat diketahui adanya kebutuhan pelatihan atau pelatihan yang diinginkan oleh kelompok masyarakat tadi. Jika ada beberapa usulan jenis pelatihan sedangkan dana untuk itu terbatas, maka perlu dilakukan pemilihan jenis pelatihan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan.

Pemilihan jenis pelatihan dilakukan melalui suatu diskusi dengan masyakat yang bersangkutan dalam suatu pertemuan khusus. Juga disesuaikan dengan ketersediaan dana.

Secara garis besar jenis pelatihan dapat digolongkan ke dalam 2 kelompok yakni :

1.Pelatihan teknis yakni pelatihan yang  bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang usaha kehutanan. Contoh-contoh pelatihan yang termasuk kategori ini antara lain :
a.Pelatihan budidaya lebah madu.
b.Pelatihan budidaya ulat sutera.
c.Pelatihan agroforestry.
d.Pelatihan pembuatan pupuk organik.  
e.Pelatihan pembuatan budidaya tanaman pakan ternak.
f.Pelatihan gaharu.

2.Pelatihan manajemen, yakni pelatihan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang pengelolaan organisasi, administrasi, pemasaran/tata niaga produk atau peningkatan kesadaran atas norma tertentu.
Contoh-contoh pelatihan yang termasuk kategori pelatihan ini antara lain adalah :
a.Pelatihan kepemimpinan dalam organisasi.
b.Pelatihan manajemen pemasaran produk usaha tani.
c.Pelatihan PRA.
d.Pelatihan penyuluhan dari masyarakat kepada masyarakat.
e.Pelatihan gender.
Kegiatan identifikasi pelatihan diperlukan untuk menyiapkan  rencana/program  pelatihan. Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan
anggaran untuk pelatihan.

Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tidak ada manfaatnya jika pelatihan yang dilaksanakan tidak atau kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, sebagai langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yakni :

1.Menggali informasi langsung dari masyarakat sasaran melalui diskusi kelompok yang terfokus. Dalam hal ini perlu diadakan suatu pertemuan/diskusi khusus antara kelompok masyarakat sasaran dengan fasilitator/penyuluh. Dalam diskusi ini ditanyakan, apa masalah yang dihadapi oleh kelompok masyarakat tersebut, pengetahuan atau keterampilan apa yang dibutuhkan oleh mereka dan apakah perlu ada pelatihan bagi mereka. Perlunya pelatihan biasanya terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok dalam melaksanakan kegiatannya. Usul perlunya pelatihan datang dari kelompok masyarakat itu sendiri, demikian pula jenis pelatihannya.

2.Menggali informasi melaui kegiatan Pengkajian Desa Secara Partisipatif/Participatory Rural Appraisal (PRA). Melalui pelaksanaan PRA yang dilanjutkan dengan pembuatan rencana-rencana peningkatan kegiatan di tingkat kelompok dapat diperoleh informasi kebutuhan pelatihan yang berasal dari masyarakat sendiri.

3.Menggali informasi melalui wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat/anggota kelompok tani/masyarakat, disertai dengan pengamatan langsung terhadap kondisi masyarakat/kelompok tersebut.

4.Penelitian konvensional yang dilakukan oleh ahli. Melalui penelitian terhadap masyarakat yang bersangkutan yang mencakup tingkat pengetahuan dan tingkat keterampilan masyarakat  dalam melakukan usahanya yang berkaitan
dengan pertanian dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan pelatihan. Informasi dari hasil penelitian ini masih perlu dikonsultasikan lagi dengan pemuka/kelompok masyarakat tersebut untuk memperoleh kepastian pelatihan yang diperlukan.
               
Analisis kebutuhan
Pelatihan masyarakat perlu dirancang sedemikian rupa mengingat pesertanya pada dasarnya adalah orang dewasa, petani atau orang yang berprofesi  selain petani yang kegiatannya berkaitan dengan pembangunan pertanian. Oleh karenanya, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bagi  orang dewasa diantaranya bersifat partisipatif, reflektif, dan memberikan umpan balik.


Kegiatan identifikasi pelatihan diperlukan untuk menyiapkan  rencana/program  pelatihan. Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan
anggaran untuk pelatihan.

Pelatihan yang baik adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tidak ada manfaatnya jika pelatihan yang dilaksanakan tidak atau kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, sebagai langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yakni :

1.Menggali informasi langsung dari masyarakat sasaran melalui diskusi kelompok yang terfokus. Dalam hal ini perlu diadakan suatu pertemuan/diskusi khusus antara kelompok masyarakat sasaran dengan fasilitator/penyuluh. Dalam diskusi ini ditanyakan, apa masalah yang dihadapi oleh kelompok masyarakat tersebut, pengetahuan atau keterampilan apa yang dibutuhkan oleh mereka dan apakah perlu ada pelatihan bagi mereka. Perlunya pelatihan biasanya terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok dalam melaksanakan kegiatannya. Usul perlunya pelatihan datang dari kelompok masyarakat itu sendiri, demikian pula jenis pelatihannya.

2.Menggali informasi melaui kegiatan Pengkajian Desa Secara Partisipatif/Participatory Rural Appraisal (PRA). Melalui pelaksanaan PRA yang dilanjutkan dengan pembuatan rencana-rencana peningkatan kegiatan di tingkat kelompok dapat diperoleh informasi kebutuhan pelatihan yang berasal dari masyarakat sendiri.

3.Menggali informasi melalui wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat/anggota kelompok tani/masyarakat, disertai dengan pengamatan langsung terhadap kondisi masyarakat/kelompok tersebut.

4.Penelitian konvensional yang dilakukan oleh ahli. Melalui penelitian terhadap masyarakat yang bersangkutan yang mencakup tingkat pengetahuan dan tingkat keterampilan masyarakat  dalam melakukan usahanya yang berkaitan
dengan pertanian dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan pelatihan. Informasi dari hasil penelitian ini masih perlu dikonsultasikan lagi dengan pemuka/kelompok masyarakat tersebut untuk memperoleh kepastian pelatihan yang diperlukan.

Rancang bangun kegiatan pelatihan
Pelatihan masyarakat perlu dirancang sedemikian rupa mengingat pesertanya pada dasarnya adalah orang dewasa, petani atau orang yang berprofesi  selain petani yang kegiatannya berkaitan dengan pembangunan pertanian. Oleh karenanya, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bagi  orang dewasa diantaranya bersifat partisipatif, reflektif, dan memberikan umpan balik.

Desain atau lebih dikenal dengan rancangbangun adalah proses perencanaan yang menggambarkan urutan kegiatan (sistematika) mengenai suatu program. Rancangbangun program diklat adalah proses perencanaan urutan kegiatan komponen pelatihan yang merupakan suatu kesatuan yang bulat dari program tersebut.

Ada 3 (tiga) unsur penting dalam upaya meningkatkan kegiatan diklat bagi setiap individu, yaitu: maksud (apa yang harus dicapai), metode (bagaimana mencapai tujuan) dan format (dalam keadaan bagaimana penentuan rancangbangun yang akan dicapai).
Setelah kita menetapkan tiga unsur penting dalam rancangbangun suatu program latihan, langkah selanjutnya adalah:
1.menetapkan alokasi waktu, berapa lama waktu yang
   dibutuhkan untuk menerapkan rancangbangun tersebut;
2.apa yang Anda lakukan agar peserta terlibat dan
   berpartisipasi;
3.pokok atau kunci apa, instruksi apa, ide apa yang disajikan
   dan apa yang Anda inginkan dari peserta;
4.materi atau bahan apa yang Anda butuhkan atau apa
   kebutuhan peserta untuk mengaplikasikan rancangbangun;
5.pengaturan, bagaimana Anda mengetahui lingkungan fisik
   agar rancangbangun dapat berhasil;
6.akhir, penilaian apa yang Anda buat dan alat/diskusi apa
   yang diinginkan peserta sebelum melanjutkan ke kegiatan
   berikutnya.

Tujuan rancangbangun suatu latihan pada dasarnya adalah sebagai berikut:
1.Mengetahui secara sistematis tahapan kegiatan latihan yang
   akan dilaksanakan.
2.Mengetahui aspek-aspek mana yang akan menjadi fokus
   utamanya.
3.Mengetahui model yang digunakan dalam melaksanakan
   latihan.
4.Menyiapkan bahan-bahan dan metode yang digunakan.

Manfaat rancangbangun ada 2 (dua), yaitu sebagai berikut:
1.Merupakan pedoman atau acuan dalam pelaksanaan latihan.
2.Menyiapkan bahan dan metode yang akan digunakan dalam
   proses latihan.
Rumusan tujuan kegiatan pelatihan
Menurut Subagio, tujuan pelatihan dirumuskan dengan tujuan kegiatan pembelajaran atau disingkat TKP. Seseorang yang mengikuti latihan tertentu pada dasarnya adalah mengikuti suatu serentetan proses belajar agar dapat meningkatkan kemampuannya di berbagai bidang. Agar latihan dapat dirancang secara baik, maka pertama-tama perlu ditentukan apa tujuan latihan yang hendak direncanakan. Dengan tujuan yang jelas dan terarah, maka akan ditentukan secara tepat pula proses belajar yang akan diselenggarakan, alat dan bahan yang hendak dipergunakan, waktu, pelatih, dan sebagainya.
Tujuan belajar adalah adanya perubahan penampilan atau tingkah laku dari peserta latihan sebagai hasil dari proses belajar yang menggunakan materi latihan atau pokok bahasan tertentu, di mana materi latihan tersebut merupakan sumber rumusan tujuan belajar.
Dalam rangka penyusunan rencana pelatihan, rumusan tujuan belajar sangat diperlukan karena:
1.memudahkan orang untuk mengerti maksud dan hasil terbaik
   yang akan dicapai selama proses belajar;
2.merupakan tolok ukur bagi pelatih dalam menetapkan
   aktivitas belajar;
3.merupakan upaya bagi para pelatih dan penyelenggara
   latihan untuk mengamati perkembangan sikap peserta
   latihan;
4.merupakan kerangka dasar penilaian hasil belajar; dan
5.merupakan pernyataan spesifik dari perubahan
   pengetahuan, keterampilan, sikap (PKS) yang akan dialami  
   oleh peserta setelah proses belajar berlangsung.

Peningkatan kemampuan peserta setelah mengikuti latihan pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Kemampuan pengetahuan berkaitan dengan kemampuan peserta dalam menggunakan daya pikir dan penalaran tentang materi yang dibahas. Keterampilan adalah kemampuan peserta dalam melakukan pekerjaan yang sifatnya fisik/teknis terhadap materi bahasan, sedangkan sikap adalah kecenderungan bagi peserta berkaitan dengan topik/materi yang dibahas.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang dirumuskan tergantung kepada topik atau pokok bahasan yang akan disampaikan. Mungkin saja dalam satu pertemuan, topik itu bersifat pengetahuan (teori) sehingga rumusan TIK-nya bersifat pengetahuan. Boleh jadi pokok bahasan di samping teori juga ada praktek sehingga TIK-nya bersifat pengetahuan dan keterampilan. Mungkin saja satu pokok bahasan ada unsur pengetahuan, keterampilan dan sikap dan perumusan TIK-nya pun mencakup tiga sifat itu.
TIK ketiga kawasan itu perlu memperhitungkan jenjang mana yang dipilih. Jenjang kemampuan TIK berbeda-beda, sehingga perlu diperhitungkan jenjang mana yang dipilih

Metode pelatihan
Pemilihan metode yang tepat dalam suatu latihan pada dasarnya merupakan upaya dalam mewujudkan proses belajar dan mengajar yang efektif. Mengajar yang efektif adalah mengajar yang membawa peserta belajar dengan efektif, untuk itu pelatih harus dapat memilih metode yang tepat agar dapat melakukan proses belajar-mengajar yang efektif. Metode latihan harus dapat memberikan jiwa yang menghidupi bagi semua kegiatan selama latihan. Pada latihan yang sifatnya partisipatif, melibatkan peserta dalam proses belajar-mengajar sebanyak-banyaknya, metode latihan yang sifatnya partisipatif sangat penting artinya. Dalam hal ini peserta adalah sebagai subjek belajar.

Pelatihan masyarakat merupakan pendidikan non formal, dengan demikian sifatnya berbeda dengan pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah-sekolah.

Dalam pelatihan non formal bagi orang dewasa, ada karakteristik peserta pelatihan/orang dewasa yang harus diperhatikan yakni :
- Orang dewasa mempunyai pengalaman dan pengalaman
  masing-masing orang berbeda satu sama lain.  
- Lebih suka menerima saran-saran daripada digurui.
- Biasanya menilai dirinya lebih rendah daripada kemampuan
  sebenarnya yang ada pada dirinya.
- Biasanya lebih menyenangi hal-hal yang bersifat praktis.
- Biasanya membutuhkan waktu belajar yang relatif lama,
  membutuhkan suasana akrab dan menjalin hubungan yang
  erat.
- Lebih suka dihargai daripada disalahkan.
- Hanya mau belajar dengan baik jika mereka menganggapnya
  perlu bagi mereka.
- Lebih memperhatikan hal-hal yang menarik bagi dia dan
  menjadi kebutuhannya.
- Menyukai cara belajar yang melibatkan peran mereka.

Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat dipilih dalam pelatihan ini yakni:
1. Ceramah yang disertai dengan alat peraga.
Metode ini adalah metode yang hanya efektif jika waktu yang tersedia sempit. Dalam ceramah, penyampaian informasi lebih cenderung bersifat searah. Adanya alat peraga atau alat bantu sangat membantu dalam memberikan kejelasan bahan atau materi pembelajaran yang disampaikan dengan cara ini.

2. Diskusi
Metode ini lebih partisipatif daripada ceramah. Dalam diskusi, para peserta pelatihan diajak berfikir bersama dan mengungkapkan pikirannya sehingga timbul pengertian pada diri sendiri, pada kawan diskusi dan pada masalah yang dihadapi.

3. Pemeranan
Pemeranan adalah suatu usaha untuk membantu para peserta pelatihan mengalihkan suatu masalah belajar yang tertulis ke dalam praktek atau dramatisasi dari persoalan dengan melihat kenyataan langsung. Biasanya lokasi kegiatan pembelajaran adalah lahan petani sendiri dan prosesnya melaui penemuan/praktek lapangan.

4. Kontinum Proses Belajar
Kontinum proses belajar adalah suatu proses penataan pengalaman untuk mencapai perluasan pengalaman berdasarkan pengalaman sendiri maupun pengalaman orang/pihak lain. Contoh : studi banding dan magang.

5. Pengalaman Terstruktur
Latihan-latihan dan permainan yang dirancang secara cermat untuk menciptakan suatu pengalaman tertentu bagi peserta dilakukan dalam situasi belajar. Metode ini merupakan ciri khas metode belajar yang manfaatnya besar sekali dalam pendidikan orang dewasa, dengan tujuan meningkatkan keterampilan, mengubah perilaku dan kerjasama dalam organisasi. Contohnya adalah belajar melalui petak pengalaman/demonstration plot (demplot), studi banding.

Langkah-langkah penyelenggara pelatihan
Setelah segala sesuatunya tentang pendidikan-latihan (Diklat) selesai direncanakan, tahap berikutnya adalah pelaksanaan latihan. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dapat dibagi menjadi tiga langkah, yaitu langkah persiapan, langkah pelaksanaan pelatihan dan langkah pelaporan. Dari sumber yang lain, menjelaskan pada langkah ketiga diringkas dengan tahap pasca latihan di mana fokusnya adalah pada tindak lanjut latihan oleh peserta.

Langkah persiapan mencakup dua hal, yaitu persiapan administratif dan persiapan edukatif. Persiapan yang sifatnya administratif adalah menyangkut kegiatan surat-menyurat, persiapan, keuangan dan prosedur pelaksanaan latihan itu sendiri.

Sedangkan persiapan yang sifatnya edukatif adalah segala persiapan latihan yang berhubungan langsung dengan proses belajar-mengajar yang akan diselenggarakan. Kedua persiapan ini perlu dilakukan secara cermat, terutama oleh panitia yang menyangkut administrasi dan oleh pelatih yang menyangkut proses pembelajaran.

Persiapan administrasi pelatihan menyangkut berbagai hal, peserta, pelatih (widyaiswara), buku pedoman/petunjuk latihan, perlengkapan latihan, formulir pendaftaran, pembiayaan pelaksanaan diklat dan sebagainya. Sedangkan persiapan edukatif latihan mencakup menentukan kebutuhan alat dan bahan pembelajaran, jadwal latihan, biaya edukatif, ruang pertemuan dan lahan praktek, laboratorium dan sebagainya.

Persiapan edukatif perlu dipersiapkan agar proses pembelajaran dapat sesuai dengan tuntutan kurikulum latihan. Persiapan edukatif adalah persiapan yang dilaksanakan oleh panitia penyelenggara melalui petugas yang ditunjuk.
Persiapan edukatif yang dimaksud antara lain:
1.menyusun panduan belajar/latihan, praktek, kuliah,
   pertemuan, seminar, PKL dan sebagainya;.
2.menyusun jadwal pelatihan atau kalender pelatihan yang
   mencakup satu proses dari awal hingga akhir;
3.mempersiapkan pelatihan sesuai jadwal yang dibuat;
4.menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan terutama bahan
   yang tahan lama dan digunakan berulang, seperti benih,
   pupuk, bahan kimia dan sebagainya;
5.menyiapkan alat praktek, alat bantu mengajar (OHP, film, TV)
   dan sebagainya yang dibutuhkan selama latihan;
6.mempersiapkan blanko-blanko dan format-format isian yang
   berkaitan dengan proses pembelajaran seperti daftar hadir,
   dan perizinan;
7.mempersiapkan satuan acara perkuliahan (SAP), elemen
   keterampilan, lembar penugasan, dan sebagainya;
8.mempersiapkan dan mengidentifikasi kebutuhan bacaan yang
   diperlukan;
9.mempersiapkan lembar mengajar (LPM) dan lembar evaluasi
   serta soal-soal untuk tes awal.

Penyelenggaraan pelatihan
A. PEMBUKAAN
Pada prinsipnya pembukaan pelatihan merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari acara pembukaan, pengarahan umum, pengarahan kegiatan pelatihan, dan penjelasan panitia pelaksana mengenai tata tertib dan hal-hal lain yang perlu disampaikan, misalnya tentang akomodasi dan fasilitas selama pelatihan.

Pembukaan pelatihan dapat dilaksanakan secara formal dengan suatu acara sambutan/pengarahan dari pejabat instansi, tetapi dapat dilakukan secara informal minimal oleh ketua penyelenggara pelatihan dengan pernyataan singkat dan disertai penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelatihan.

B. PEMBELAJARAN
1. Proses Pembelajaran
Pada pelatihan yang dilaksanakan dalam suasana belajar di kelas dan berlangsung dalam beberapa hari, kegiatan pembelajaran diawali dengan pengenalan fasilitator/instruktur dan pembacaan biodata fasilitator/instruktur, dilanjutkan dengan pemberian materi ajaran sesuai dengan kurikulum dan silabus. Pada pembelajaran yang kompleks, kegiatan belajar mencakup :
- Teori, dilaksanakan di kelas/ruangan atau di tempat lain yang memungkinkan. Sebelum melaksanakan pembelajaran teori, fasilitator/instruktur menyiapkan materi sesuai dengan mata ajaran dalam bentuk “hand out” atau bahan serahan atau alat
bantu pembelajaran.
- Praktek Lapangan, karyawisata, widyawisata atau bentuk kunjungan lainnya yang
dilaksanakan sesuai dengan kurikulum dan silabus yang ada.

Selama pelatihan perlu dibangun suasana yang memungkinkan para peserta maupun fasilitator bebas mengemukakan pendapat, saling tukar pengalaman. Fasilitator/instruktur diharapkan mampu menghargai setiap pendapat, pikiran,
pengalaman peserta dan hasil karya peserta.

2. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Pada pelatihan-pelatihan tertentu, setelah sesi pembelajaran dalam pelatihan tersebut selesai, maka kepada peserta diminta agar mereka menuliskan rencana tindak lanjut (RTL). Artinya, setelah peserta memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari pelatihan itu, para peserta membuat rencana tertulis mengenai kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Administrasi Pembelajaran
Kegiatan ini meliputi segala bentuk pengadministrasian dalam proses pembelajaran yang dimaksudkan untuk kelancaran, dokumentasi dan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pelatihan.

C. PENUTUPAN PELATIHAN
Penutupan pelatihan mencakup acara pembacaan atau pernyataan secara resmi tentang selesainya pelatihan dan pemulangan peserta pelatihan.
Pengorganisasian pelatihan
Pengorganisasian merupakan inti manajemen, karena itu membahas masalah pengorganisasian latihan pada dasarnya berbincang perihal manajemen latihan. Manajemen di mana pun (termasuk latihan) berkaitan erat dengan upaya mengatur berbagai unsur pendukungnya, yaitu unsur manusia, sarana (dalam arti luas) dan unsur dana. Unsur lain yang tidak kalah pentingnya adalah unsur waktu dan unsur lingkungan.

Unsur manusiawi dalam latihan mencakup pelatih atau fasilitator, peserta latihan, penyelenggara latihan, personal atau lembaga pengirim peserta latihan dan sebagainya. Unsur sarana termasuk di dalamnya segala macam peralatan atau perlengkapan dari yang paling konvensional sampai yang paling canggih yang berkaitan erat dengan kebutuhan latihan secara langsung ataupun tidak. Unsur dana mencakup segala macam pembiayaan latihan dan unsur waktu mencakup kapan dan seberapa lama keseluruhan maupun setiap kegiatan akan berlangsung. Adapun unsur lingkungan kecuali mencakup lingkungan fisik, juga mencakup lingkungan sosial serta suasana yang perlu diciptakan agar latihan terselenggara dengan baik.

Agar suatu latihan dapat diselenggarakan sebagaimana mestinya, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pengorganisasian latihan berikut ini.
1.Sejalan dengan penahapan penyelenggaraan latihan,
   pengorganisasian latihan memikul tugas tertentu di setiap
   tahap latihan. Agar peserta memperoleh manfaat yang
   maksimum, maka semua pihak yang terlibat perlu menunaikan
   tugas masing-masing dengan cara yang baik dan serius pada
   setiap tahap penyelenggaraan latihan.
2.Pengorganisasian terhadap semua unsur pendukung
   manajemen diarahkan untuk mencapai tujuan latihan.
3.Unsur manusiawi dalam penyelenggaraan latihan yang terdiri
   dari pelatih, peserta, penyelenggara latihan dan sebagainya,
   perlu berperan secara tepat sebagaimana telah ditetapkan
   pada setiap tahap latihan. Hal yang perlu ditekankan adalah
   peserta latihan merupakan subjek pendidikan yang
   selayaknya mendapatkan perhatian sentral. Dalam latihan
   segala upaya, segala sarana, segala kemudahan dan
   suasana boleh dilakukan, disediakan, dan diciptakan agar
   peserta latihan dapat mengaktualisasikan pengalaman dan
   kemampuannya secara optimum.
4.Evaluasi terhadap pengorganisasian latihan dapat dilakukan
   pada setiap akhir tahapan. Hasil evaluasi dapat menjadi
   masukan bagi pelaksanaan tahap berikutnya.
5.Menempatkan peserta latihan sebagai subjek latihan pada
   dasarnya juga berarti proses pelimpahan tanggung jawab
   dalam rangka pengorganisasian latihan.
Masalah dan alternatif pemecahannya
Pada dasarnya setiap tahapan latihan senantiasa perlu diidentifikasi jenis kegiatan mana yang mungkin dilimpahkan kepada peserta latihan. Namun pada akhirnya sebagian besar tanggung jawab penyelenggaraan latihan terletak di tangan peserta latihan.
Perencanaan kegiatan tersebut perlu dilengkapi dengan identifikasi segala sesuatu yang mungkin dapat menghambat atau boleh jadi menggagalkan tujuan. Segala sesuatu yang dapat menghambat atau menghalangi tercapainya suatu tujuan kegiatan itu disebut masalah.
Masalah adalah segala sesuatu yang dapat menghambat atau menghalangi tercapainya suatu tujuan kegiatan yang direncanakan. Pada dasarnya masalah suatu kegiatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu masalah teknis, masalah ekonomi, dan sosial.

1.Masalah Teknis, merupakan suatu hambatan kegiatan yang
   sifatnya berkenaan dengan penerapan teknologi tertentu.  
   Dalam kasus tikus di atas, contohnya petani tidak dapat
   menangani enanganan hama ini.
2.Masalah Ekonomi, merupakan suatu hambatan kegiatan yang
   berkaitan dengan keterlibatan dana/uang. Dalam contoh tikus
   di atas, petani tidak dapat menyediakan pestisida khusus
   untuk memberantas tikus yang merajalela karena harganya
   mahal, sehingga tidak mampu membeli.
3.Masalah Sosial, adalah segala sesuatu hambatan disebabkan
   faktor sosial masyarakat setempat. Contoh kasus di atas
   misalnya masyarakat/petani setempat tidak mau
   memberantas tikus karena berkeyakinan hama tikus akan
   menyerang lebih hebat.

Masalah pra latihan, adalah masalah yang muncul pada proses persiapan latihan. Masalah yang muncul dapat menyangkut peserta, pelatih dan fasilitas yang disediakan. Masalah yang berkaitan dengan peserta terutama jika dilihat dari jumlah peserta, apakah terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Peserta yang terlalu banyak melebihi batas yang ditentukan, akan mengurangi efektivitas belajar serta kesulitan dengan sumber daya yang tersedia. Usaha menanganinya adalah:
1.Latihan dibagi menjadi beberapa tahap, tiap tahap jumlah
   peserta paling banyak antara 20-25 orang.
2.Memilih peserta yang potensial untuk dilatih menjadi pelatih.
   Mereka diharapkan dapat melatih kelompok-kelompok di
   daerah masing-masing.

Jika jumlah peserta terlalu sedikit, kurang dari yang ditentukan maka untuk menghindari adalah:
1.Memberikan penjelasan yang mantap kepada pihak-pihak
   yang bersangkutan tentang tujuan latihan, misalnya kepada
   Pamong, kelompok-kelompok masyarakat, PKK, kelompok
   pendengar, kontak tani dan lain-lainnya.
2.Meninjau kembali apakah materi latihan sudah sesuai dengan
   kebutuhan masyarakat.

Evaluasi pelatihan
Dalam suatu latihan, evaluasi perlu dilakukan baik yang mencakup proses maupun keberhasilannya. Secara umum evaluasi diartikan sebagai alat manajemen yang berorientasi tindakan dan proses (Van den Ban, 1999). Selanjutnya dijelaskan bahwa informasi yang diperoleh dari evaluasi kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya dapat ditentukan subjektif dan sesistematik mungkin. Pendapat lain menyebutkan bahwa evaluasi adalah proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur efektivitas program latihan (Subagio, 2002).
Evaluasi lebih ditekankan sebagai suatu proses menentukan nilai yang berhubungan dengan tujuan yang direncanakan. Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dalam meraih tujuan yang direncanakan.
Dalam evaluasi terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu (1) mengamati/ mengumpulkan data; (2) menggunakan kriteria atau ukuran tertentu; dan (3) membuat kesimpulan/keputusan tertentu.
Dalam suatu kegiatan latihan, evaluasi dapat dilakukan baik terhadap proses pelaksanaan latihan maupun hasil yang dicapai. Secara umum manfaat evaluasi latihan adalah sebagai berikut:
1.Sebagai masukan (input) bagi latihan yang sedang
   berlangsung,
2.Untuk masukan (input) bagi pelatihan yang akan datang, dan
3.Untuk menyajikan faktor tentang tingkat keberhasilan latihan
   kepada berbagai pihak dalam rangka memberikan
   pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan latihan.

Mengingat manfaat evaluasi latihan tersebut dianggap penting, maka tata cara evaluasi latihan perlu dilakukan secara akurat dengan cara-cara yang tepat sehingga hasil evaluasi memiliki validitas yang tinggi.
Seperti telah dikemukakan terdahulu, evaluasi latihan merupakan bagian integral dari proses belajar. Hal ini mengandung arti bahwa penyelenggaraan evaluasi telah direncanakan bersamaan dengan perencanaan program belajar secara menyeluruh. Pelaksanaan evaluasi yang tidak direncanakan secara integral atau menyeluruh mengandung bahaya. Di satu pihak tidak memberi manfaat apa pun karena dilakukan secara insidental atau di pihak lain dapat membosankan karena terlalu sering dilaksanakan. Dilihat dari keseluruhan, maka proses pelaksanaan evaluasi adalah sebagai berikut.
1.Menetapkan tujuan umum evaluasi pelatihan.
2.Menetapkan aspek-aspek atau sasaran apa saja yang akan
   dievaluasi, dan untuk apa aspek itu dievaluasi.
3.Menetapkan bentuk atau cara melakukan evaluasi. Aspek
   sasaran apa yang dievaluasi secara tertulis dan aspek mana
   yang dievaluasi secara lisan dan tertulis, atau jika ada aspek
   mana yang dilaksanakan secara tes pembuatan/keterampilan/
   tes sampel kerja.
4.Menyusun dan memilih instrumen yang akan digunakan.
5.Menyelenggarakan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah
   ditetapkan.
6.Menganalisis dan membuat kesimpulan dari data yang diolah
   dan dicatat.
7.Merumuskan dan mengajukan umpan balik. Pemberian umpan balik ini merupakan inti dari kegiatan evaluasi. Pemberian umpan balik harus tepat waktu dan tepat sasaran.

Dari uraian di atas hendaknya disadari bahwa mengelola evaluasi dalam suatu latihan bukan merupakan pekerjaan sambilan. Evaluasi spontan yang dilakukan pelatih hendaknya disinkronkan dengan keseluruhan kegiatan evaluasi.













Minggu, 18 November 2012

Mengolah tanah gambut supaya berhasil


SAYURAN ORGANIK DI LAHAN GAMBUT

LahanGambut adalah media tanam dengan pH rendah, atau orang awam bilang: "Tanah dengan tingkat keasaman tinggi, serta kandungan unsur hara yang miskin". Hal ini dikarenakan unsur hara makro (NPK) dan mikronya terikat. Bahkan unsur AL (alumunium) dan Fe (besi) bersifat racun, sehingga memerlukan penanganan khusus dan ektra perlakuan. Tiori dan informasi tentang gambut demikian angker, sebab sepertinya yg akan tumbuh hanya tanaman tertentu saja.
Namun tak sulit bagi ibnu Hajar (40) menaklukan gambut. Ia seorang petani sayuran yang disambangi penulis pada saat field-trip Fenomena Gambut. Ia juga ketua Poktan Khatulistiwa di jalan 28 Oktober, Kelurahan Siantan Hilir pinggiran Kota Pontianak. Baginya begitu mudah jinakan gambut dengan caranya yang enteng saja!
Ini dibuktikan dengan kondisi berbagai tanaman sawi, bayam dan kangkungnya yang subur di kebunnya. Dia dan kelompok-taninya bisa menghasilkan dan menjual bermacam-macam sawi, kangkung dan bayam dari kebunnya yang berjenis gambut. Rahasiamenjinakan gambut adalah dengan menerapkan organik farming (pertanian organik) dan pengendalian hama penyakit dengan pestisida alami buatannya sendiri.
Di kebunnya, yang dapat dibuat sebanyak 100 petak itu, masing-masing petak berukuran lebar 1,2 m dan panjang 5 m (6M²). Ia melakukan pencampuran bahan berupa abu bakar dan pupuk kandang yang berasal dari kotoram ayam.
Diakuinya, bahwa pengolahan lahan yang baru dibuka atau pertama pertama cukup banyak memerlukan bahan organik dan pupuk kandang, maka hal itu berpengaruh terhadap biaya produksi. Namun seterusnya, atau pada penanaman kedua, biaya dan pengolahan gambut tidak seberat saat bertanam sayur yang pertama kalinya.
Pada pertanaman yang kedua dan seterusnya, cukup menggunakan pupuk organik dan abu-bakar sepertiganya (1/3). Jadi kalau dikalkulasi memerlukan biaya perbedeng + Rp. 8.000,- saja.
Untuk lahan gambut yang baru diolah, seluas 6 m², diperlukan pengolahan tanah sedalam 10-15 cm saja. Kemudian diperlukan abu bakar 40 Kg dan pupuk kandang kotoran ayam sebanyak 10 Kg. Karena yang mau ditanam adalah sayuran yang menghasilkan daun, maka ibnu Hajar menambahkan Urea sebanyak 2 ons. Jadi biaya (cost) seluruhnya adalah + Rp. 24.500 dengan rincian pembelian abu-bakar Rp. 20 Ribu, pupuk kandang Rp. 4 ribu, dan Urea + Rp. 500,-Ketiga jenis bahan itu ditaburkan merata, dan seterusnya diaduk dengan media gambut yang sudah dicangkul tadi. Setelah itu dijemur atau dibiarkan selama dua hari. Kemudian pada hari ketiga dibuat bedengan dengan ukuran 1,2 m x 5 m atau seluas 6 m². Tinggi bedengan cukup 10 cm saja. Untuk mengendalikan air diperlukan pembuatan parit di sekeliling kebun, sehingga petakan, tampak kering dan kondisi lahan kebun berstruktur remah.
Pada hari ke 4 (empat) setelah tanam bibit, dilakukan pemupukan susulan bahan organik di sekeliling tanaman sawi, bayam atau kangkung. Takaran pupuk organiknya terdiri dari abu-bakar 3 kg dan pupuk kandang berupa kotoran ayam yang sudah kering sebanyak 3 kg.
Setelah pemupukkan susulan ini, tidak dilakukan pemupukan lanjutan hingga panen pada umur + 30 hari. Yang ada, adalah pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami yang diraciknya sendiri.
Adapun Formulanya terdiri dari: temulawak sebanyak 2 ons, buah mengkudu yg masak 1 buah, dan tembakau (bisa puntung rokok) sebanyak 15 gram - 20 gram.
Ketiga bahan itu ditumbuk atau dihancurkan, lalu ditambahkan air sebanyak 50 cc. Setelah jadi, kemudian disaring dan dilarutkan atau dicampurkan dengan 15 liter air. Aplikasinya disemprotkan pada tanaman sayuran hingga merata. Selama siklus hidup sayuran sawi keriting, hijau, putih, sawi manis dan kangkung, cukup dua kali atau menurut kondisi perkembangan hamapenyakit.
Panen sayuran organik, menurut Ibnu Hajar, bisa lebih cepat. Bahkan konsumen membeli atau agen sayuran mengambil produksinya di kebun. Terkadang mulai umur 25 hari setelah tanam. Perkilogram sawi keriting dijual seharga Rp 2.500, sawi hijau Rp 2.000, sawi putih Rp. 2.250 dan kangkung Rp 2.000.
Pada setiap bedengan seluas 6 m² tanaman sawi hijau bisa mencapai produksi+ 30 kg, sawi keriting mencapai + 25 kg, sawi putih + 30 kg dan kangkung mencapai + 30 kg.
Menurut analisa usaha tani, perbedeng menghasilkan pendapatan kotor Rp. 62.500 (sawi keriting), Rp. 60.000 (sawi hijau), Rp. 67.500 (sawi putih) dan kangkung Rp 60.000. Bahkan keuntungan bersih pada penanaman yang kedua dan seterusnya, bisa mencapai 70 % - 80 % dari biaya produksi. Hal ini hanya memerlukan waktu 30 hari saja. Ternyata penanaman sayuran organik di lahan gambut cukup menjanjikan juga.
Penampilan sayuran organik akan terlihat daunnya lebih lembut dan hijaunya khas. Produk seperti ini diminati konsumen, apalagi bagi orang yang punya kebiasaan makan lalapan segar. Trend pertanian organik akan terus meningkat, karena kecenderungan peningkatan pengetahuan masyarakat dan gencarnya penomena hidup kembali ke alam (Back to Nature).
Menurut ibnu hajar, kelompok-taninya pernah mensuply sayuran ke super market di kota Pontianak, namun karena ada diantara produsen tidak konsisten menerapkan organik farming, maka Mall dan Super Market belum berminat melanjutkan kerjasama menjualkan sayuran kelompok-taninya.
Ternyata saat dievaluasi, disebabkan pasokan tidak berkesinambungan, suply selalu dalam volume kecil, anggota tak memegang ‘komitmen’ dalam menjaga mutu dan standar sayuran yang dipasok ke Mall itu. Ada beberapa anggotanya ketahuan menggunakan pestisida dalam pengendalian hama penyakit.
Memegang komitmen bagi petani pun ternyata penting. Namun untuk jinakan gambut, ternyata tak begitu susah. Jadi tak harus lahan gambut tanpa tanaman di sekitar kita.***

Jumat, 16 November 2012

Budidaya tanaman Rami


Tags: 

RAMI BERNILAI EKONOMI YANG CUKUP TINGGI

BUDIDAYA tanaman rami (Boehmerianivea) yang dikenal pula dengan nama “haramay” ini,bila dilakukan dalam skala besar dan intensif,ternyata bernilai ekonomi yang cukup tinggi.Sebab,kini industri-industri yang memanfaatkan serat alam sudah jauh lebih berkembang dibandingkan pada tahun 1970-an,seperti industri tekstil,permadani,wallpaper,jala ikan,kain layar,bahan fiber,benang pintal dan sebagainya.

Seiring dengan itu,budidaya rami mempunyai prospek cerah bila dilakukan secara intensif dengan pola pembudidayaan mulai dari penanaman sampai menjadi bahan siap masuk pabrik.Apalagi tanaman rami termasuk jenis perdu yang dapat tumbuh pada semua jenis tanah yang berada pada ketinggian 250-1.500 meter dpl.Namun,pertumbuhan tanaman rami yang terbaik akan dicapai pada tanah-tanah lempung berpasir dengan pH tanah 4,5-6,5; gembur,kaya bahan organik; dan curah hujan 100-150 mm/bulan dengan bulan basah selama 9 bulan.
Sebenarnya,banyak varietas tanaman rami yang bisa dibudidayakan seperti varietas Florida,Bandung A,Formosa dan Pujon 10.Konon,menurut penelitian para ahlu bahwa varietas Pujon 10 termasuk varietas terbaik dari segi kualitasnya,karena dinilai seratnya yang halus,kuat dan elastis.
Namun demikian,varietas yang terbaik lebih banyak ditentukan oleh daya adaptasi yang tinggi,pertumbuhan vegetatifnya cepat,tidak bercabang,tahan terhadap hama dan penyakit,tidak mudah rebah serta seratnya yang tinggi.
POLA TANAM
Budidaya rami bisa dilakukan secara monokultur dan tumpangsari dengan tanaman kelapa di perkebunan.Selain penanaman pada lahan datar,juga bisa pada lahan miring atau lahan perbukitan.Sedangkan tanah diolah 1-2 kali menggunakan cangkul,bajak atau traktor.
Kemudian dibuatkan bedengan-bedengan dengan lebar 3 meter,panjang disesuaikan dengan keadaan tempat dan jarak antara bedengan 50-75 cm. Jika penanaman dilakukan pada lahan miring,maka bedengan harus dibuat mengikuti garis counter untuk mencegah terjadinta erosi.Dalam budidaya nya,rami bisa ditanam dengan bibit yang berasal dari biji,stek batang dan potongan akar rimpangnya (rhizoma).Tapi bahan tanaman yang dinilai cukup baik dan praktis adalah potongan rhizoma-nya.Bahan ini harus diambil dari indukvarietas unggul dan sudah berumur lebih dari 2 tahun.
Proses selanjutnya,rhizome tersebut dipotong-potong dijadikan stek dengan ukuran panjang tiap stek 15-20 cm.Kemudian stek-stek itu disemaikan pada tempat yang lembab hingga muncul tunas baru dan biasanya tunas baru akan muncul dalam waktu seminggu.Untuk tiap hektar lahan dibutuhkan sebanyak 21-22 ribu stel rhizoma.
Sementara penanaman dilakukan pada lubang tanam yang sebelumnya sudah diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/lubang,jarak tanam 50-75 cm,dan tiap lubang bisa diisi 2-3 stek.Sedangkan waktu penanaman yang baik adalah paaawal musim hujan,atau pada bulan lain yang cura hujannya masih memungkinkan untuk pertumbuhannya.
PEMELIHARAAN
Adapun pemeliharaan tanaman yang pokok adalah penyiangan,pengairan, perbaikan dranase dan pemupukan.Dalam penyiangan harus disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan gulma dan lahan.Kalau pengairan meliputi penyiraman pada musim kering dan perbaikan dranase pada musim penghujan.
Karena tanaman rami termasuk jenis tanaman yang sensitive terhadap tanah yang tergenang air.Itulah sebabnya,bila terjadi genangan air lebih dari 24 jam,maka akan berakibat tanaman rami menjadi layu dan bahkan kemungkinan akan mati.
Dalam upaya mempercepat pertumbuhan danmeningkatkan produktivitas, maka tanaman rami perlu diberi pupuk buatan,selainpupuk kandang yang diberikan sebelum tanaman..Pupuk buatan diberikan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu berupa campuran Urea,TSP dan KCL.Pada umumnya, dosis pupuk tergantung pada kesuburan tanahnya,tetapi bisa menggunakan patokan jumlah TSP25-50 kg/ha,Urea 100-150 kg/ha dam KCl sebanyak 50-100 kg/ha.Lantas,campuran pupuk buatan ini dimasukkan pada lubang pupuk yang ditugal pada jarak 10 cm daripangkal batang tanaman rami.
PANEN
Pada perkebunan yang berdrainase baik,tanaman rami sudah bisa dipanen ketika umur 3-4 bulan.Namun, untuk varietas Florida umumnya panen sekitar 60 hari, dan varietas Formosa sekitar 45 hari.Hal yang pasti bahwa tanda-tanda tanaman yang siap panen,yakni pertumbuhannya berhenti, batang bagian bawah berwarna cokelat,batang mudah pecah,seratnya telah sampai ke pucuk dan tunas-tunas baru bermunculan pada pangkal batang.
Apabila tanaman telah memperlihatkan tanda-tanda panen tersebut, sebaiknya pemanenan segera dilakukan.Bila dibiarkan lebih dari 2 minggu,maka kualitas serat rami yang dihasilkannya kurang begitu baik,dan tunas baru tidak segera diberi kesempatan untuk tumbuh lebih baik.Adapun pemanenan dilakukan dengan cara memotong batang dekat permukaan tanah.
Sebaiknya,hasil pemanenan pertama kali tidak diambil seratnya,melain kan dibenamkan untuk dijadikan pupuk.Karena mutu seratnya dinilai masih kurang baik.Sedangkan untuk pemanenan berikutnya dapat dilakukan setiap 60-80 hari sekali.Sehingga untuk tahun pertama bisa panen rami dan tahun-tahun berikutnya sebanyak 6 kali panen setiap tahun.
Produksi batang segar rami setiap kali panen bisa mencapai sekitar 10 ton per hektar.Usia produksi tanaman rami berkisar antara 5-10 tahun,tergantung varietasnya,kondisi lingkungan dan juga dalam pemeliharaannya.Jika produksinya sudah menurun,maka perlu dilakukan peremajaan tanaman, yakni tanaman yang sudah tua dibongkar rhizome dan akar-akarnya. Kemudian dilakukan pengolahan tanah dan penanaman baru seperti pada penanaman pertama.
SKALA USAHA BESAR
Budidaya tanaman rami memang akan lebih ekonomis bila dilakukan dalam skala usaha yang cukup besar.Untuk mendapatkan nilai tambah dari budidaya tanaman rami ini,sebaiknya dilakukan pengolahan awal di tingkat usahatani,sehingga produk yang dihasilkan berupa bahan serat yang siap masuk pabrik.Untuk itulah suatu usahatani tanaman rami perlu dilengkapi dengan mesin pengolah Dekortikator.
Proses pertamanya,adalah batang hasil panen terlebih dahulu dibuang daun-daunnya,kemudian diolah untuk diambil seratnya dengan mesin dekortikator tersebut.Hasil dekortikator ini adalah berupa serat basah kasar yang harus dipisahkan atau dipilih-pilih,lalu dicuci dan dikeringkan.
Selama pengeringan,jangan sampai terkena air,karena bisa menghasilkan warna yang jelek dan sisa-sisa getahnya bisa mengakibatkan lengketnya serat-serat tersebut.Hasil pengeringan serat rami ini disebut China Grass dan bahan inilah yang biasa dijual untuk bahan baku industri yang kini berkembang pesat.
Supaya harga jual serat rami mencapai tingkat yang ekonomis,maka produk serat yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu yang dibutuhkan berbagai industri antara lain; serat tidak mudah putus,kuat; bersih; warnanya kuning gading,kuning sampai kecokelat atau hijau tua kehijau-hijauan; dan memenuhi criteria panjang serat.Kriteria panjang serat rami yang sesuai standar mutu dari 6 kelas yakni super long lebih dari 200 cm,ekstra long 150-200 cm, veri long 125-150 cm,long 100-125 cm,normal 80-100 cm dan short 40-80 cm. (dikutip dari http://petaniberdasicom.blogspot.com/2009/11/budidaya-rami-skala-besar-bernilai.html)***

RAMI SUBSTITUSI KAPAS

Komoditas rami, china grass, semakin banyak diminta oleh industri pemintalan dalam negeri
sejalan dengan semakin berkurangnya suplai kapas di pasaran dunia karena banyak
negara penghasil kapas dunia mengurangi ekspor kapasnya untuk dipakai untuk industri
sendiri. Industri garmen lokal sudah sejak tahun 1980 an melakukan  impor rami
khususnya dari negara China. Belakangan suplai rami produksi lokal semakin menurun,
yang menyulitkan pabrik-pabrik pemintalan lokal. Pernah dilakukan impor serat rami
kasar dari Philipina tetapi belum berhasil menyelesaikan permasalahan.
Dibandingkan kapas, rami sebenarnya memiliki beberapa keunggulan antara lain
kualitas tekstil yang dihasilkannya lebih  baik karena memiliki kehalusan serat
(dyener) seperti halnya kapas, dengan elastisitas yang baik dan lebih sejuk
apabila dipakai. Industri pertekstila nasional dulunya banyak mengandalkan kapas
tetapi 98 % kebutuhan kapas nasional masih tergantung pada suplai impor. Sementara
itu, program Intensifikasi kapas Rakyat (IKR) baru mampu memasok sebanyak
2 % dari total yang dibutuhkan industri tekstil sebesar 746.730 ton (tahun 2000).
Ketua Komite Serat Alam Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Drs Soerpto, memperkirakan
bahwa kebutuhan kapas dunia pada tahun 2005 akan mencapai 23 juta ton yaitu
meningkat 10,58 % dibandingkan tahun 2000 sebesar 20 juta. Akan terdapat
kekurangan suplai sebesar 440.000 ton.
Impor rami untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri menurut catatan Badan
Pusat Statistik dari tahun ke tahun semakin meningkat. Apabila impor serat rami
tercatat 38.185 kg dan benang 15.485 kh pada tahun 1996, maka pada tahun
1999 impor melonjak menjadi 472.312 kg untuk serat rami dan 78.834 kg
untuk benang. Kebutuhan rami pada saat ini diperkirakan sudah mencapai
500 ton per hari.
Meskipun kebutuhan rami meningkat tetapi masih ada banyak hambatan
yang mengganjal pengembangan budidaya rami dan proses pengolahan
serat rami kasar. Kualitas serat rami produksi lokal masih rendah mengingat
kurang memadainya peralatan pengolahan yang digunakan dan masih terbatasnya
sumber daya manusia yang terlibat. Jenis mesin pintal yang dimiliki industri
lokal kebanyakan diperuntukkan untuk mengolah kapas. Pembuatan benang
pintal dari rami harus menggunakan long fiber spinning system agar bisa
menghasilkan benang dan kain berkualitas halus dan baik.
Teknik budidaya rami sudah berjalan dengan baik tetapi proses sesudahnya
untuk pengolahan serat masih banyak hambatan. Serat rami produksi lokal
masih kasar dan agak kaku yang menyulitkan proses pemintalan selanjutnya.
Meskipun demikian, industri pemintalan di Indonesia sekarang ini sudah
memungkinkan untuk mengolah rami.
Analisis Usaha Budidaya Rami
Asumsi :
Luas Tanah :1 ha
Jarak Tanam :100 x 25 cm
Produksi :40.000 x 8 x 100 gram = 32.000 kg
Frek. Panen :2 bulan sekali selama 5 – 8 tahun
UraianTahun I (2 kali panen)Tiap Tahun Berikutnya
VolumeHarga SatuanJumlahVolumeHarga SatuanJumlah
I. Biaya :
A. Sapronak
- Bibit40.000 potongRp 100Rp 4.000.000
- Pupuk Kdg20.000 kgRp 200Rp 4.000.00010.000 kgRp 200Rp 2.000.000
- Pupuk NPK800 kgRp 3.000Rp 2.400.0001.200 kgRp 3.000Rp 3.600.000
- PestisidaRp 500.000Rp 500.000
Sub Total10.900.000Rp 6.100.000
B. Tng Kerja :
- Olah Tanah120 HOKRp 9.000Rp 1.080.000
- Penanaman75 HOKRp 8.000Rp 600.000
- Pemupukan100 HOKRp 9.000Rp 900.000120 HOKRp 9.000Rp 1.080.000
- Pemeliharaan100 HOKRp 9.000Rp 900.000175 HOKRp 9.000Rp 1.575.000
- Panen60 HOKRp 9.000Rp 540.000360 HOKRp 9.000Rp 3.240.000
Sub TotalRp 4.020.000Rp 5.895.000
Total Biaya14.920.00011.995.000
II. Produksi64.000 kgRp 150Rp 9.600.000192.000 kgRp 15028.800.000
III. KeuntunganRp 5.320.00016.005.000
(dikutip dari http://agritekno.tripod.com/rami_substitusi_kapas.htm)***

PROSPEK BUDIDAYA SERAT RAMI MEMPUNYAI HARGA JUAL YANG RELATIF TINGGI

Tanaman rami adalah tanaman tahunan yang berbentuk rumpun mudah tumbuh dan dikembangkan di daerah tropis, tahan terhadap penyakit dan hama, serta dapat mendukung pelestarian alam dan lingkungan. Tanaman Rami yang dikenal dengan nama latinnyaBoehmeria nivea (L) Goud merupakan tanaman tahunan berbentuk rumpun yang dapat menghasilkan serat alam nabati dari pita (ribbons) pada kulit kayunya yang sangat keras dan mengkilap.
Rami atau haramay (Sunda) termasuk dalam stingless netlle (sejenis daun gatal) dalam keluarga Urticaceae dan ordo Urticales, yang di daerah tropika ada sekitar 40 genera dan 500 spesies. Rami merupakan spesies yang paling penting secara ekonomi, karena memiliki serat yang baik untuk diperdagangkan. Ada dua golongan rami yang secara komersial diusahakan, yaitu rami hijau (Boehmeria nivea var. tenaccisima) dan rami putih (Boehmeria nivea var. proper). Ciri khas tanaman rami putih adalah pada daun bagian bawah berwarna putih keperakan yang sangat kontras, sedangkan rami hijau warna putih keperakannya agak kurang jelas.
Serat rami mempunyai sifat dan karakteristik serat kapas (cotton) yaitu sama-sama dipintal ataupun dicampur dengan serat yang lainnya untuk dijadikan bahan baku tekstil. Prospek pengembangan pasar untuk serat rami sangat baik karena harga jual yang relatif tinggi. Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan rami karena memiliki lahan yang relatif luas dan iklim yang cocok untuk tanaman rami. Rami sangat cocok dikembangkan di Indonesia bagian barat yang beriklim basah karena tanaman ini memerlukan curah hujan sepanjang tahun. Berdasarkan persyaratan tumbuhnya banyak daerah yang sesuai antara lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Dari hasil penelitian, serat rami di Indonesia kualitasnya mampu bersaing dengan serat rami dari Cina, Brazil, Filipina, Taiwan, Korea, Komboja, Thailand dan Vietnam. Dengan demikian pengembangan tanaman ini memiliki prospek yang sangat cerah, karena sampai saat ini Indonesia merupakan potensi yang besar untuk menggerakkan ekonomi rakyat melalui perekonomian pedesaan, pendapatan petani dan komoditi ekspor non migas.
Sifat-sifat serat rami:
  • Berwarna putih, mudah diberi warna
  • Kuat, memiliki kekuatan 4X lebih besar daripada linen, 6X dari sutera dan 7X dari kapas.
  • Kilapnya lebih tinggi dari beberapa linen, daya serap terhadap kelembaban 12%, (daya serap kapas 8%)
  • Elastisitas rendah, licin dan kaku.
Karakteristik Budidaya Tanaman Rami.
Sangat cocok ditanam/ideal di daerah tropis yaitu di Indonesia dengan ketinggian ideal 400 m s/d 1500 m diatas permukaan air laut, dengan curah hujan 90mm/bln yang merata sepanjang tahun, kondisi tanah datar terbuka berstruktur ringan seperti tanah liat berpasir dengan PH 5,6 s/d 6,5 dengan umur produktif 6 s/d 8 tahun dipanen 5 s/d 6 x dalam setahun. Pada panen pertama dipangkas kosmetik usia 6 bulan, setelah itu tiap 2 bulan dapat dipanen sampai usia 8 tahun. Batang tanaman rami tumbuh rhizome yang berbentuk ramping dan pertumbuhannya dapat mencapai ketinggian diatas 250 cm, diameter batang antara 8 s/d 20 mm, berat batang 60 s/d 140 gram dengan jumlah perumpun 4 s/d 12 batang, warna hijau sampai coklat.
Kegunaan Batang Rami.
Proses dekortikasi menghasilkan limbah rami yang sangat baik untuk pupuk organik ( kompos). Setelah mengalami bio proses, pupuk organik dari batang rami tersebut dapat digunakan untuk pemupukan tanaman. Di samping tanaman rami itu sendiri kelebihannya dapat digunakan untuk tanaman hortiku-tura atau tanaman perkebunan lainnya. Kegunaan batang rami yang lain adalah sebagai bahan baku pulp (kertas), bahan baku particle board serta mempunyai kandungan cellulosa yang cukup baik untuk dijadikan bahan baku propelant double base (bahan baku isian dorong peluru).
Akar rami tumbuh vertikal dengan kedalaman dapat mencapai 25 cm bahkan lebih. Cabang-cabang akar dan akar rambut tumbuh dan berkembang mendatar (horizontal) dengan kedalaman 10-20 cm, berfungsi untuk mencari dan mengambil nutrisi dalam tanah Rimpang (rizoma) bercabang, beruas-ruas, dan berakar rambut juga, tumbuh mendatar dengan ujung mencuat ke permukaan tanah dan akan tumbuh menjadi tunas anakan baru. Diameter rizoma bisa meneapai 2 cm bahkan lebih tergantung dari umur tanaman dan umur rizoma, dengan panjang bisa mencapai 50 cm, bahkan lebih sehingga jangkauan penyebaran anakan dalam satu rumpunnya bisa lebih luas. Jumlah rizoma per rumpun bisa mencapai 10 buah bahkan lebih tergantung dari umur tanaman. Rizoma yang beruas-ruas memiliki banyak mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tunas anakan baru sebagai sistem perbanyakan tanaman. Kelebihan ini dimanfaatkan oleh petani sebagai cara yang paling mudah untuk perbanyakan tanaman. (dari berbagai sumber)***